Rabu, 05 Oktober 2011

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN KADAR DAMINOSIDA TERHADAP IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHA TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum mor folium R) DALAM POT


Ekologi Hutan


            Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat erat.
            Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung.

Di dalam ekologi hutan ada dua bidang kajian, yaitu : Autekologi dan Sinekologi.

(1) Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.

(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
            Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon.
            Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.

contoh penelitian tentang autekologi

Judul penelitian :
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN KADAR DAMINOSIDA TERHADAP IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHA TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum mor folium R)  DALAM POT
Rangkuman isi penelitian :
            Krisan merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga yang sangat populer dan memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi di Indonesia serta mempunyai prospek pemasaran cerah. Selain menghasilkan bunga potong dan tanaman hias bunga pot yang dimanfaatkan untuk memperindah ruangan dan menyegarkan suasana, beberapa varietas krisan juga ada yang berkasiat sebagai obat, antara lain untuk mengobati sakit batuk, nyeri perut, dan sakit kepala akibat peradangan rongga sinus (sinusitis) dan sesak napas. (Rukmana dan Mulyana, 1997; Anonim, 2000).
            Tanaman krisan bukan tanaman asli Indonesia, namun berasal dari Cina dan Jepang yang merupakan daerah subtropis, sehingga apabila tanaman tersebut dibudidayakan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia maka banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman krisan. Tanaman krisan memerlukan cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal (Effendi dan Marwoto, 2003). Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman krisan diperlukan naungan misalnya dengan paranet. Fungsi paranet selain untuk mengurangi intensitas cahaya juga dapat mengurangi suhu udara lingkungan tanaman (Anonim, 2002).
            Penelitian ini memiliki tujuan  untuk mempelajari pengaruh intensitas cahaya berbagai iklim mikro, dan untuk menentukan intensitas cahaya optimum dan konsentrasi daminozide terhadap pertumbuhan krisan pot. Penelitian ini dilakukan di Desa Nano, Tawangmangu, Karanganyar, Surakarta pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut dari November 2003 sampai Maret 2004. Media tanam adalah jenis tanah andosol.
            Metode percobaan didasarkan pada desain petak terbagi, terdiri dari dua faktor dan lima pengulangan. Faktor petak utama adalah intensitas cahaya yaitu 55%, 75% dan 100%. Konsentrasi daminozide digunakan sebagai petak sub ppm, yaitu 0 125 ppm, 250 ppm, 375 ppm, dan 500 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1). Tujuh puluh lima persen dari intensitas cahaya (25% dari bayangan) memberikan intensitas cahaya optimum, suhu udara dan kelembaban relatif untuk pertumbuhan tanaman. (2) Ada interaksi pengaruh intensitas cahaya dan konsentrasi daminozide terutama pada luas daun, dan tingkat pertumbuhan relatif. (3) limah puluh lima persen dari intensitas cahaya dan 500 ppm daminozide konsentrasi diproduksi pabrik shorthest dan waktu penampilan lebih cepat dari cabang pertama. (4) Dua ratus lima puluh bagian per juta konsentrasi daminozide menghasilkan hasil tertinggi dalam jumlah daun per tanaman dan berat kering tunas.
Hasil Analisis :
            Setelah mengetahui ringkasan tentang penelitian diatas dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut termasuk dalam pendekatan autekologi karena tanaman krisan (Chrysanthemum mor folium R) merupakan suatu jenis organisme yang mana berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor abiotik yaitu cahaya matahari. Dan faktor abiotik (cahaya matahari) ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman krisan karena tanaman krisan selalu tumbuh tinggi bila mendapatkan intensitas cahaya matahari yang banyak. Intensitas cahaya tinggi berpengaruh terhadap aktivitas auksin pada meristem apikal. Apabila intensitas cahaya tinggi maka aktivitas auksin meningkat pula, sehingga mengakibatkan tanaman krisan tumbuh tinggi. Hal ini dapat diketahui melalui penelitian hasil penelitian diatas yaitu tanaman krisan yang diberi perlakuan intensitas cahaya 75% pertumbuhannya sangat baik dan optimum sedangkan tanaman krisan yang diberi perlakuan intensitas cahaya 55% pertumbuhannya paling lambat dan tidak optimum.